Kamis, 18 Februari 2016

Bahasa Indonesia


Bab 1 
Teks Eksemplum

A.    Memahami Struktur Teks Eksemplum
Ragam peristiwa yang terjadi di sekeliling kita, baik peristiwa menyenangkan, menyedihkan yang memberikan hikmah atau pelajaran bagi kita dapat disajikan secara tertulis dalam bentuk teks, yaitu teks eksemplum.
Teks eksemplum pada dasarnya merupakan jenis teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu terjadi. Secara pribadi, partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Eksemplum adalah jenis genre cerita yan berkaitan dengan insiden yang di dalamnya terdapat beberapa hal yang menjadi insiden. Insiden yang terjadi dijadikan bahan untuk menarik suatu kesimpulan tentang nilai-nilai atau pelajaran berharga oleh pembaca. Teks eksemplum intinya tidak terletak pada cerita yang ada dalam teks, tetapi terdapat pada nilai atau pelajaran yang ingin disampaikan melalui ilustrasi cerita yang disampaikan.
Pada dasarnya, teks eksemplum mempunyai struktur berikut;
1.       Abstrak                  : Inti peristiwa sebagai pengantar yang menggambarkan peristiwa yang  
                                            akan diceritakan.
2.      Orientasi                   : Bagian pembuka cerita atau awalan cerita.
3.      Insiden                     : Peristiwa yang tidak diinginkan.
4.      Interpretasi               : Makna atau pesan dari peristiwa yang tidak diinginkan.
5.      Koda/amanat            : Bagian penutup cerita.

B.    Ciri Kebahasaan dalam Teks Eksemplum
Dalam teks eksemplum, terdapat ciri-ciri kebahasaan, antara lain:

1.      Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi peristiwa atau keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dan lebih dari satu struktur.
Macam-macam kalimat kompleks sebagai berikut.
a.     Kalimat kompleks parataktik
Kalimat kompleks parataktik adalah kalimat kompleks yang terdiri atas dua struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan makna, antara lain dan, tetapi, atau.
b.     Kalimat kompleks hipotaktif
Kalimat kompleks hipotaktif adalah kalimat kompleks yang dapat dinyatakan dengan hubungan konjungktif saja dan tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila, jika, karena, ketika.

2.     Kata rujukan
Kata rujukan adalah satu kata yang merajuk pada kata lain dan memperlihatkan keterkaitannya.
Macam-macam kata ganti :
a.     Kata ganti orang
1)       Kata ganti orang pertama
·         Kata ganti orang pertama tunggal. Contoh : aku, saya, daku, ku, -ku
·         Kata ganti orang pertama jamak. Contoh : kami, kita
2)       Kata ganti orang kedua
·         Kata ganti orang kedua tunggal. Contoh : kamu, anda, engkau, kau, dikau, -mu.
·         Kata ganti orang kedua jamak. Contoh : kalian, kamu sekalian
3)       Kata ganti orang ketiga
·         Kata ganti orang ketiga tunggal. Contoh : dia, beliau, ia, -nya
·         Kata ganti orang ketiga jamak. Contoh : mereka, -nya

b.      Kata ganti penunjuk
1)      Kata ganti penunjuk umum. Contoh : ini, itu
2)     Kata ganti penunjuk tempat. Contoh : sini, situ, di sini, ke sana, dari situ, ke sini, dari sana, yakni, yaitu
·         Kata ganti penunjuk umum. Contoh : ini, itu
·         Kata ganti penunjuk tempat. Contoh : sini, situ, di sini, ke sana, dari situ, dari sini, ke sini, dari sana, yakni, yaitu.
·         Kata ganti penunjuk ihwal. Contoh : begini, begitu.
·         Kata ganti penanya;
Kata ganti penanya benda atau orang. Contoh : apa, siapa, mana, yang mana.
Kata ganti penanya waktu. Contoh : kapan, bilamana, apabila
Kata ganti penanya tempat. Contoh : di mana, ke mana, dari mana
Kata ganti penanya keadaan. Contoh : mengapa, bagaimana
Kata ganti penanya jumlah. Contoh : berapa
c.       Kata ganti yang tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu
Contoh : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa-apa, anu, masing-masing, sendiri.

3.   Kata hubung atau konjungsi
Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang fungsinya sebagai penghubung kata, frasa, atau kalimat. Macam-macam konjungsi;

a.   Konjungsi koordinatif
Kata hubung koordinatif berfungsi sebagai penghubung unsur kalimat yang memiliki kedudukan sama. Konjungsi koordinatif antara lain: dan, namun, tetapi, atau, padahal, sedangkan,dan serta.
Contoh :
1)     Ibu membeli apel, jeruk, dan srikaya.
2)     Nisa tetap rajin belajar padahal sudah menjadi bintang kelas.

b.   Konjungsi korelatif
Konjungsi korelatif adalah kata hubung yang dalam penggunaanya berupa kata berpasangan dan memiliki fungsi sama seperti konjungsi subordinatif. Terdiri dari : jangankan, -pun, baik... maupun, bukan hanya..., melainkan, tidak hanya..., tetapi juga.
Contoh :
1)      Jangankan motor, mobil pun bisa dia beli.
2)     Baik Kiki maupun Einda keduanya sama-sama cantik.

c.   Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif merupakan kebalikan dari konjungsi koordinatif. Fungsi konjungsi ini, yaitu sebagai penghubung antarunsur kalimat yang tidak sama kedudukannya. Termasuk konjungsi subordinatif, yaitu: kalau, jika, bila, tanpa, bahwa, meskipun, biarpun, sebab, karena, sampai, sehingga, seolah-olah, seandainya, selama, saat, ketika, dengan, dan tanpa.
Contoh :
1)      Jika cukup punya uang, aku akan membeli motor baru itu.
2)     Seandainya tidak hujan, aku akan pergi ke rumahmu.

C.    Membedakan Teks Eksemplum dan Teks Cerpen
Teks eksemplum dan teks cerpen memiliki kemiripan yaitu sama-sama merupakan teks yang bersifat naratif, yaitu menceritakan sesuatu kejadian atau peristiwa yan dialami seseorang. Namun, terdapat perbedaan struktur teks yaitu;
1.      Struktur teks cerita pendek   : orientasi-komplikasi-resolusi
2.      Struktur teks eksemplum      : abstrak-orientasi-insiden-interpretasi-koda

D.  Mengklasifikasi Teks Eksemplum
Teks eksemplum dapat diklasifikasikan berdasarkan insiden yang terjadi dalam teks tersebut. Insiden biasanya tidak dikehendaki oleh partisipan. Kita dapat mengklasifikasi insidennya seperti kejadian yang menegangkan, menakutkan, memalukan, menyedihkan, mengkhawatirkan, dll.

E.  Menangkap Makna Teks Eksemplum
Sebelum menyusun teks eksemplum, kita harus dapat memahami makna teks eksemplum. Pada dasarnya teks eksemplum menceritakan suatu insiden yang menurut partisipannya tidak perlu terjadi.

F.   Menyusun Teks Eksemplum
Untuk menyusun teks eksemplum, terlebih dahulu tentukan tema atau topik, selanjutnya tentukan bagian-bagian yang menyusun teks, seperti abstrak, orientasi, insiden, interpretasi, dan bagian koda. Agar dapat menyusun teks eksemplum dengan benar, kita harus dapat memahami fitur dalam teks ini. Fitur bahasa dalam teks ini adalah      :
1.       Menggunakan bahasa naratif.
2.      Menunjukkan urutan peristiwa yang jelas.
3.      Menghadirkan diri penulis (kita/kami, aku) yan ada dalam interpretasi dan koda.
4.      Teks ini biasanya menggunakan proses material dan tindakan untuk mengeksplorasi  
         insiden.
5.      Menggunakan proses relasional untuk mengeksplorasi penilaian.
6.      Menggunakan referensi teks dan hubungan leksikal untuk menunjuk pada nilai-nilai yang disasrankan oleh peristiwa.

G.  Menelaah dan Merevisi Teks Eksemplum
Telaah teks terhadap teks eksemplum bisa dilakukan terhadap struktur dan segi bahasa. Jika struktur berupa: abstrak, orientasi, insiden, interpretasi, dan koda. Sedangkan bila dari sisi bahasa ialah berupa ejaan dan penggunaan tanda baca.

1.   Tanda baca koma (,)
Tanda baca koma digunakan untuk:
a.      Memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat.
b.      Memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului  oleh kata hubung sepertitetapi, melainkan, dan sedangkan.
c.       Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
d.      Mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
e.      Memisahkan kata seperti o, ya, wah, asuh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
f.        Memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

2.   Tanda petik (“...”)
Tanda petik digunakan untuk:
a.      Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
b.      Mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
c.       Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
d.      Sebagai tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

3.   Tanda elipsis (...)
Tanda elipsis digunakan untuk :
a.      Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
b.      Menunjukan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

4.   Tanda kurung ((...))
Tanda kurung digunakan untuk :
a.      Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
b.      Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
c.       Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

H.  Meringkas Teks Eksemplum
Ringkasan dibuat untuk mewakili teks aslinya. Untuk membuat suatu ringkasan dilakukan dengan :
1.       Membaca teks yang akan diringkas dengan teliti dan cermat
2.      Menandai pokok-pokok yang menjadi inti teks
3.      Merangkai kembali dengan kalimat sendiri teks tersebut secara ringkas berdasarkan pokok-pokok inti yang telah dicatat.

4.      Menyunting ringkasan, baik dari segi isi maupun bahasa.




Bab 2  
Teks Tanggapan Kritis

A.    Memahami Struktur Teks Tanggapan Kritis
Teks tanggapan kritis merupakan jenis teks yang digunakan untuk meringkas, menganalisis, dan menanggapi teks sastra, teks karya seni, atau pertunjukan. Teks ini dapat berupa respon pribadi atau reviu.
Didalam teks tanggapan kritis terdapat kritik dan pujian. Menurut KBBI, kritik adalan kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu karya, pendapat, dsb. Kritik hendaknya memangun, yaitu kritik yang dapat membantu untuk berkarya lebih baik setelah mengetahui kekurangan dan kelebihan hasil karyanya.  Adapun pujian merupakan pernyataan atau perkataan yang tulus akan kebaikan, kelebihan atau keunggulan suatu hasil karya.
 Struktur teks tanggapan kritis     :
1.       Resume, merupakan sinopsis dari isi teks yang hendak ditanggapi.
2.      Deskripsi kelebihan/kekurangan, merupakan penggambaran atau pelukisan dari kelebihan dan kekurangan teks yang ditanggapi.
3.      Judgement (penilaian), merupakan penilaian menyeluruh terhadap kualitas teks yang ditanggapi.

B.    Mengidentifikasi Ciri Kebahasaan dalam Teks Tanggapan Kritis
Unsur kebahasan yang biasa digunakan dalam teks tanggapan kritis, adalah :

1.      Kalimat simpleks
Kalimat simpleks (kalimat tunggal) adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks dapat dibedakan berdasarkan kategori predikatnya, yaitu:
a.      Kalimat simpleks berpredikat verbal
Dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

1)      Kalimat taktransitif
Kalimat ini tidak berobjek dan tidak berpelengkap. Kalimat ini hanya memiliki dua unsur wajib, yaitu subjek dan predikat.

2)     Kalimat ekatransitif
Kalimat ini memiliki tiga unsur wajib yaitu subjek, predikat dan objek.

3)     Kalimat dwitransitif
Kalimat ini memiliki struktur berupa subjek, predikat, objek dan pelengkap yang saling berkaitan.

b.      Kalimat simpleks berpredikat adjektival
      Contoh yang menyatakan bahwa kalimat simpleks berpredikat adjektival
1)      Adiknya sakit.
2)     Apa yang dikatakannya benar.
Kedua kalimat tersebut terdiri atas subjek (adiknya dan apa yan dikatakannya) dan predikat (sakit dan benar). Predikat kedua kalimat tersebut merupakan adjektival yang menerangkan subjek.

c.       Kalimat simpleks berpredikat nominal
Kalimaat ini berarti menggunakan predikat berupa nominal, seperti pada contoh berikut.
1)      Tas itu buatan Bandung
2)     Dia guru saya
Subjek (tas itu dan dia) pada kedua kalimat tersebut menggunakan predikat yang menerangkan tentang subjek (buatan dan guru)

d.      Kalimat simpleks berpredikat numeral
Predikat kalimat ini berupa numeral yang menunjukan jumlah. Contohnya :
1)      Muridnya banyak
2)     Rumahnya dua

e.      Kalimat simpleks berpredikat frasa preposisional
Predikat kalimat ini berupa frasa preposisional yang menerangkan subjek. Contohnya :
1)      Adiknya ke rumah kemarin.
2)     Guru di dalam ruangan.

2.     Kalimat kompleks
Kalimat kompleks merupakan kalimat yang mengalami perluasan dengan dihubungkan oleh konjungsi. Kalimat kompleks dibagi menjadi kalimat kompleks parataktik dan hipotaktik.
Contoh :
a.      Kakaknya rajin, tetapi adiknya malas. (Kalimat kompleks parataktik)
b.      Kesenian Indonesia akan terus berkembang apabila antara para seniman dan pemerintah bekerja sama denan baik. (Kalimat kompleks hipotaktik)

3.     Konjungsi (kata hubung)
Kata hubung atau kata sambung atau konjungsi merupakan kata yang berfungsi sebagai penghubung antara satu kata dan kata lain dalam satu kalimat (intrakaimat; dan, tetapi, lalu, kemudian). Selain itu, kata hubung juga berfungsi untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain (antarkalimat; akan tetapi, meskipun demikian, oleh karena itu).
Kata hubung intrakalimat dikelompokan menjadi :
a.      Kata hubung koordinatif
Kata hubung koordinatif digunakan untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan, serta, tetapi.
b.      Kata hubung korelatif
Kata hubung korelatif digunakan untuk menghubungkan dua kata atau frasa yang memiliki status sama, biasanya dipisahkan oleh salah satu kata atau frasa, misalnya baik..., maupun..., tidak hanya..., tetapi juga...
c.       Kata hubung subordinatif
Kata hubung subordinatif digunakan untuk menghubungkan dua kata atau frasa yang tidak memiliki status yang sama, misalnya setelah, agar, sehingga, karena.

4.     Rujukan kata
Rujukan kata yaitu satu kata merujuk pada kata lain yang memperlihatkan keterkaitan. Rujukan kata berhubungan dengan kata ganti (kata ganti orang, kepunyaan, dan penunjuk).

5.     Pilihan kata
Gorys Keraf dalam bukunya berjudul Diksi dan Gaya Bahasamenyebutkan mengenai pengertian diksi atau pilihan kata.
a.      Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
b.      Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bantuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
c.        Ketiga, pilihlah kata atau diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh kemampuan menguasai sejumlah besar kosakata dua persoalan pokok, yakni pertama, ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan, dan kedua, kesesuaian atau kecocokan mempergunakan kata-kata tadi.

C.    Membedakan Teks Tanggapan Kritis dengan Teks Tanggapan Deskriptif
Teks tanggapan kritis dan teks tanggapan deskriptif memiliki kesamaan dalam isinya yaitu berupa tanggapan. Namun, ada beberapa hal yang membedakan, yaitu :
1.       Teks tanggapan kritis berisi tanggapan terhadap sastra, karya seni, atau pertunjukan, sedangkan teks tanggapan deskriptif berisi tanggapan terkait penggambaran suatu objek, tempat, atau peristiwa tertentu.
2.      Struktur teks tanggapan kritis meliputi resume, deskripsi kelebihan/kekurangan, dan judgement (penilaian), sementara teks tanggapan deskripsi dibangun oleh struktur identifikasi, klasifikasi, dan deskripsi bagian.

D.   Menyusun Teks Tanggapan Kritis
Teks tanggapan kritis dapat disusun dengan langkah berikut           :
1.       Menentukan tema
Menentukan tema merupakan prosedur pertama dalam membuat teks tanggapan kritis. Hal ini sejalan dengan pendat Mulyasa.
2.      Menentukan aspek-aspek yang akan dijelaskan melalui pengamatan
Pada langkah ini, kita dapat melakukan pengamatan dengan cara meninjau kembali atau menyaksikan secara langsung penyajian karya seni atau pertunjukan, sehingga diperoleh aspek-aspek yang akan dijelaskan dalam teks tanggapan kritis sesuai tujuan yang akan dicapai.
3.   Membuat kerangka karangan
      Susunlah aspek-aspek yang akan dijelaskan tersebut ke dalam urutan yang baik. Penyusunan tersebut dapat berupa poin-poin penting yang akan dijelaskan.
4.   Mengembangka kerangka karangan menjadi teks utuh
      Langkah selanjutknya adalah mengembangkan tulisan dari kerangka tulisan yang telah dikerjakan menjadi teks tanggapan kritis yang utuh. Mengembangkaan ide tulisan sangat penting, karena dari langkah ini anda dilatih mengembangkan pengetahuan dari sesuatu yang dilihat, dirasa, didengar, maupun diraba. Adapun penyusunan teks tanggapan kritis tentang karya sastra dapat dilakukan dengan langkah berikut :
1.       Bacalah terlebih dahulu karya sastra yang akan dikritik atau ditanggapi secara menyeluruh.
2.      Buatlah sinopsis atau ringkasan cerita.
3.      Pahami dan analisislah struktur karya sastra tersebut.
4.      Kemukakan pendapat/gagasan pribadi anda terhadap isi dan bentuk karya sastra dengan alasan yang logis
5.      Rumuskanlah evaluasi akhir terhadap karya sastra yang anda kritik dengan beberapa paparan atau harapan.
6.      Cek kembali teks yang anda buat sesuai struktur teks tanggapan kritis yang benar.

E.    Menelaah dan Merevisi Teks Tanggapan Kritis Berdasarkan Kaidah Kebahasaan
Teks tanggapan kritis yang telah di identifikasi strukturnya, perlu di telaah kaidah kebahasaanya, baik penggunaan kalimat simpleks, kompleks, konjungsi, rujukan kata, maupun pilihan katanya. Tata tulis dan penggunaan kalimat efektif juga harus diperhatikan.
Menyunting teks berarti menyiapkan naskah agar siap terbit dengan memerhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa. Penyajian naskah ini meliputi ejaan, diksi, dan struktur kalimat. Pedoman yang digunakan dalam menulis ialah ejaan yang disempurnakan atau EYD.

F.    Meringkas Teks Tanggapan Kritis
Untuk membuat ringkasan teks tanggapan kritis, kita dapat melakukan lankah-langkah berikut ini :
1.       Membaca teks tanggapan kritis dengan saksama.
2.      Mengidentifikasi inti sari teks tanggapan kritis yang sudah dibaca.
3.      Menyusun teks tanggapan kritis dalam bentuk ringkasan.
Saat meringkas teks tanggapan kritis, kita perlu mengungkapkan hal-hal pokok dari teks tersebut dengan memperhatikan keruntutan isi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar