Bab 1
Teks Eksemplum
A. Memahami Struktur Teks Eksemplum
Ragam peristiwa yang terjadi di
sekeliling kita, baik peristiwa menyenangkan, menyedihkan yang memberikan
hikmah atau pelajaran bagi kita dapat disajikan secara tertulis dalam bentuk
teks, yaitu teks eksemplum.
Teks eksemplum pada dasarnya merupakan
jenis teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu
terjadi. Secara pribadi, partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi,
tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Eksemplum adalah jenis genre cerita yan
berkaitan dengan insiden yang di dalamnya terdapat beberapa hal yang menjadi
insiden. Insiden yang terjadi dijadikan bahan untuk menarik suatu kesimpulan
tentang nilai-nilai atau pelajaran berharga oleh pembaca. Teks eksemplum
intinya tidak terletak pada cerita yang ada dalam teks, tetapi terdapat pada
nilai atau pelajaran yang ingin disampaikan melalui ilustrasi cerita yang
disampaikan.
Pada dasarnya, teks eksemplum mempunyai struktur berikut;
1. Abstrak
: Inti peristiwa sebagai pengantar yang
menggambarkan peristiwa yang
akan diceritakan.
2. Orientasi
: Bagian pembuka cerita atau awalan
cerita.
3. Insiden
: Peristiwa yang tidak diinginkan.
4. Interpretasi : Makna atau pesan dari peristiwa yang tidak
diinginkan.
5. Koda/amanat : Bagian penutup cerita.
B. Ciri Kebahasaan dalam Teks Eksemplum
Dalam teks eksemplum, terdapat ciri-ciri kebahasaan, antara lain:
1. Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi
peristiwa atau keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dan lebih
dari satu struktur.
Macam-macam kalimat kompleks sebagai berikut.
a. Kalimat
kompleks parataktik
Kalimat kompleks parataktik adalah kalimat kompleks yang terdiri atas dua
struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan
makna, antara lain dan, tetapi, atau.
b. Kalimat
kompleks hipotaktif
Kalimat kompleks hipotaktif adalah kalimat kompleks yang dapat dinyatakan
dengan hubungan konjungktif saja dan tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila,
jika, karena, ketika.
2. Kata rujukan
Kata rujukan adalah satu kata yang merajuk pada kata lain dan
memperlihatkan keterkaitannya.
Macam-macam kata ganti :
a. Kata
ganti orang
1) Kata ganti
orang pertama
· Kata
ganti orang pertama tunggal. Contoh : aku, saya, daku, ku, -ku
· Kata
ganti orang pertama jamak. Contoh : kami, kita
2) Kata
ganti orang kedua
· Kata
ganti orang kedua tunggal. Contoh : kamu, anda, engkau, kau, dikau,
-mu.
· Kata
ganti orang kedua jamak. Contoh : kalian, kamu sekalian
3) Kata
ganti orang ketiga
· Kata
ganti orang ketiga tunggal. Contoh : dia, beliau, ia, -nya
· Kata
ganti orang ketiga jamak. Contoh : mereka, -nya
b. Kata
ganti penunjuk
1) Kata
ganti penunjuk umum. Contoh : ini, itu
2) Kata
ganti penunjuk tempat. Contoh : sini, situ, di sini, ke sana, dari
situ, ke sini, dari sana, yakni, yaitu
· Kata
ganti penunjuk umum. Contoh : ini, itu
· Kata
ganti penunjuk tempat. Contoh : sini, situ, di sini, ke sana, dari
situ, dari sini, ke sini, dari sana, yakni, yaitu.
· Kata
ganti penunjuk ihwal. Contoh : begini, begitu.
· Kata
ganti penanya;
Kata ganti penanya benda atau orang. Contoh : apa, siapa, mana,
yang mana.
Kata ganti penanya waktu. Contoh : kapan, bilamana,
apabila
Kata ganti penanya tempat. Contoh : di mana, ke mana,
dari mana
Kata ganti penanya keadaan. Contoh : mengapa,
bagaimana
Kata ganti penanya jumlah. Contoh : berapa
c. Kata
ganti yang tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu
Contoh : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa-apa,
anu, masing-masing, sendiri.
3. Kata hubung atau konjungsi
Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang fungsinya sebagai penghubung
kata, frasa, atau kalimat. Macam-macam konjungsi;
a. Konjungsi
koordinatif
Kata hubung koordinatif berfungsi sebagai penghubung unsur kalimat yang
memiliki kedudukan sama. Konjungsi koordinatif antara lain: dan, namun,
tetapi, atau, padahal, sedangkan,dan serta.
Contoh :
1) Ibu
membeli apel, jeruk, dan srikaya.
2) Nisa
tetap rajin belajar padahal sudah menjadi bintang kelas.
b. Konjungsi korelatif
Konjungsi korelatif adalah kata hubung yang dalam penggunaanya berupa kata
berpasangan dan memiliki fungsi sama seperti konjungsi subordinatif. Terdiri
dari : jangankan, -pun, baik... maupun, bukan hanya..., melainkan,
tidak hanya..., tetapi juga.
Contoh :
1) Jangankan motor,
mobil pun bisa dia beli.
2) Baik
Kiki maupun Einda keduanya sama-sama cantik.
c. Konjungsi
subordinatif
Konjungsi subordinatif merupakan kebalikan dari konjungsi koordinatif.
Fungsi konjungsi ini, yaitu sebagai penghubung antarunsur kalimat yang tidak
sama kedudukannya. Termasuk konjungsi subordinatif, yaitu: kalau, jika,
bila, tanpa, bahwa, meskipun, biarpun, sebab, karena, sampai, sehingga,
seolah-olah, seandainya, selama, saat, ketika, dengan, dan tanpa.
Contoh :
1) Jika cukup
punya uang, aku akan membeli motor baru itu.
2) Seandainya tidak
hujan, aku akan pergi ke rumahmu.
C. Membedakan
Teks Eksemplum dan Teks Cerpen
Teks eksemplum dan teks cerpen memiliki kemiripan yaitu sama-sama merupakan
teks yang bersifat naratif, yaitu menceritakan sesuatu kejadian atau peristiwa
yan dialami seseorang. Namun, terdapat perbedaan struktur teks yaitu;
1. Struktur
teks cerita pendek : orientasi-komplikasi-resolusi
2. Struktur
teks eksemplum :
abstrak-orientasi-insiden-interpretasi-koda
D. Mengklasifikasi
Teks Eksemplum
Teks eksemplum dapat diklasifikasikan berdasarkan insiden yang terjadi
dalam teks tersebut. Insiden biasanya tidak dikehendaki oleh partisipan. Kita
dapat mengklasifikasi insidennya seperti kejadian yang menegangkan, menakutkan,
memalukan, menyedihkan, mengkhawatirkan, dll.
E. Menangkap
Makna Teks Eksemplum
Sebelum menyusun teks eksemplum, kita harus dapat memahami makna teks
eksemplum. Pada dasarnya teks eksemplum menceritakan suatu insiden yang menurut
partisipannya tidak perlu terjadi.
F. Menyusun Teks
Eksemplum
Untuk menyusun teks eksemplum, terlebih dahulu tentukan tema atau topik,
selanjutnya tentukan bagian-bagian yang menyusun teks, seperti abstrak,
orientasi, insiden, interpretasi, dan bagian koda. Agar dapat menyusun teks eksemplum dengan benar, kita harus dapat memahami
fitur dalam teks ini. Fitur bahasa dalam teks ini
adalah :
1. Menggunakan
bahasa naratif.
2. Menunjukkan
urutan peristiwa yang jelas.
3. Menghadirkan
diri penulis (kita/kami, aku) yan ada dalam interpretasi dan koda.
4. Teks
ini biasanya menggunakan proses material dan tindakan untuk mengeksplorasi
insiden.
5. Menggunakan
proses relasional untuk mengeksplorasi penilaian.
6. Menggunakan
referensi teks dan hubungan leksikal untuk menunjuk pada nilai-nilai yang
disasrankan oleh peristiwa.
G. Menelaah dan
Merevisi Teks Eksemplum
Telaah teks terhadap teks eksemplum bisa dilakukan terhadap struktur dan
segi bahasa. Jika struktur berupa: abstrak, orientasi, insiden, interpretasi,
dan koda. Sedangkan bila dari sisi bahasa ialah berupa ejaan dan penggunaan
tanda baca.
1. Tanda baca koma (,)
Tanda baca koma digunakan untuk:
a. Memisahkan
anak kalimat dengan induk kalimat.
b. Memisahkan
suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata hubung sepertitetapi,
melainkan, dan sedangkan.
c. Memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
d. Mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
e. Memisahkan
kata seperti o, ya, wah, asuh, kasihan, dari kata lain yang
terdapat di dalam kalimat.
f. Memisahkan
petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
2. Tanda petik (“...”)
Tanda petik digunakan untuk:
a. Mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lain.
b. Mengapit
judul syair, karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
c. Mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
d. Sebagai
tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat.
3. Tanda elipsis (...)
Tanda elipsis digunakan untuk :
a. Dipakai
dalam kalimat yang terputus-putus.
b. Menunjukan
bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
4. Tanda kurung
((...))
Tanda kurung digunakan untuk :
a. Mengapit
tambahan keterangan atau penjelasan.
b. Mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
c. Mengapit
huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
H. Meringkas Teks Eksemplum
Ringkasan dibuat untuk mewakili teks aslinya. Untuk membuat suatu ringkasan
dilakukan dengan :
1. Membaca
teks yang akan diringkas dengan teliti dan cermat
2. Menandai
pokok-pokok yang menjadi inti teks
3. Merangkai
kembali dengan kalimat sendiri teks tersebut secara ringkas berdasarkan
pokok-pokok inti yang telah dicatat.
4. Menyunting
ringkasan, baik dari segi isi maupun bahasa.
Bab 2
Teks Tanggapan Kritis
Teks Tanggapan Kritis
A. Memahami Struktur Teks Tanggapan Kritis
Teks tanggapan kritis merupakan jenis
teks yang digunakan untuk meringkas, menganalisis, dan menanggapi teks sastra,
teks karya seni, atau pertunjukan. Teks ini dapat berupa respon pribadi atau
reviu.
Didalam teks tanggapan kritis terdapat
kritik dan pujian. Menurut KBBI, kritik adalan kecaman atau tanggapan,
kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu karya,
pendapat, dsb. Kritik hendaknya memangun, yaitu kritik yang dapat membantu
untuk berkarya lebih baik setelah mengetahui kekurangan dan kelebihan hasil
karyanya. Adapun pujian merupakan pernyataan atau perkataan yang tulus
akan kebaikan, kelebihan atau keunggulan suatu hasil karya.
Struktur teks tanggapan kritis :
1. Resume,
merupakan sinopsis dari isi teks yang hendak ditanggapi.
2. Deskripsi
kelebihan/kekurangan, merupakan penggambaran atau pelukisan dari kelebihan dan
kekurangan teks yang ditanggapi.
3. Judgement (penilaian),
merupakan penilaian menyeluruh terhadap kualitas teks yang ditanggapi.
B. Mengidentifikasi Ciri Kebahasaan dalam Teks
Tanggapan Kritis
Unsur kebahasan yang biasa digunakan dalam teks tanggapan kritis, adalah :
1. Kalimat simpleks
Kalimat simpleks (kalimat tunggal) adalah kalimat yang hanya terdiri atas
satu verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks
dapat dibedakan berdasarkan kategori predikatnya, yaitu:
a. Kalimat
simpleks berpredikat verbal
Dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1) Kalimat
taktransitif
Kalimat ini tidak berobjek dan tidak berpelengkap. Kalimat ini hanya
memiliki dua unsur wajib, yaitu subjek dan predikat.
2) Kalimat
ekatransitif
Kalimat ini memiliki tiga unsur wajib yaitu subjek, predikat dan objek.
3) Kalimat
dwitransitif
Kalimat ini memiliki struktur berupa subjek, predikat, objek dan pelengkap
yang saling berkaitan.
b. Kalimat
simpleks berpredikat adjektival
Contoh yang menyatakan bahwa kalimat simpleks
berpredikat adjektival
1) Adiknya
sakit.
2) Apa yang
dikatakannya benar.
Kedua kalimat tersebut terdiri atas subjek (adiknya dan apa
yan dikatakannya) dan predikat (sakit dan benar).
Predikat kedua kalimat tersebut merupakan adjektival yang menerangkan subjek.
c. Kalimat
simpleks berpredikat nominal
Kalimaat ini berarti menggunakan predikat berupa nominal, seperti pada
contoh berikut.
1) Tas
itu buatan Bandung
2) Dia guru
saya
Subjek (tas itu dan dia) pada kedua kalimat
tersebut menggunakan predikat yang menerangkan tentang subjek (buatan dan guru)
d. Kalimat
simpleks berpredikat numeral
Predikat kalimat ini berupa numeral yang menunjukan jumlah. Contohnya :
1) Muridnya
banyak
2) Rumahnya
dua
e. Kalimat
simpleks berpredikat frasa preposisional
Predikat kalimat ini berupa frasa preposisional yang menerangkan subjek.
Contohnya :
1) Adiknya
ke rumah kemarin.
2) Guru di
dalam ruangan.
2. Kalimat kompleks
Kalimat kompleks merupakan kalimat yang mengalami perluasan dengan
dihubungkan oleh konjungsi. Kalimat kompleks dibagi menjadi kalimat kompleks
parataktik dan hipotaktik.
Contoh :
a. Kakaknya
rajin, tetapi adiknya malas. (Kalimat kompleks parataktik)
b. Kesenian
Indonesia akan terus berkembang apabila antara para seniman dan pemerintah
bekerja sama denan baik. (Kalimat kompleks hipotaktik)
3. Konjungsi (kata hubung)
Kata hubung atau kata sambung atau konjungsi merupakan kata yang berfungsi
sebagai penghubung antara satu kata dan kata lain dalam satu kalimat
(intrakaimat; dan, tetapi, lalu, kemudian). Selain itu, kata hubung
juga berfungsi untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain
(antarkalimat; akan tetapi, meskipun demikian, oleh karena itu).
Kata hubung intrakalimat dikelompokan menjadi :
a. Kata
hubung koordinatif
Kata hubung koordinatif digunakan untuk menghubungkan dua unsur atau lebih
yang sama pentingnya, misalnya dan, serta, tetapi.
b. Kata
hubung korelatif
Kata hubung korelatif digunakan untuk menghubungkan dua kata atau frasa
yang memiliki status sama, biasanya dipisahkan oleh salah satu kata atau frasa,
misalnya baik..., maupun..., tidak hanya..., tetapi juga...
c. Kata
hubung subordinatif
Kata hubung subordinatif digunakan untuk menghubungkan dua kata atau frasa
yang tidak memiliki status yang sama, misalnya setelah, agar, sehingga,
karena.
4. Rujukan kata
Rujukan kata yaitu satu kata merujuk pada kata lain yang memperlihatkan
keterkaitan. Rujukan kata berhubungan dengan kata ganti (kata ganti orang,
kepunyaan, dan penunjuk).
5. Pilihan kata
Gorys Keraf dalam bukunya berjudul Diksi dan Gaya Bahasamenyebutkan
mengenai pengertian diksi atau pilihan kata.
a. Pertama,
pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling
baik digunakan dalam suatu situasi.
b. Kedua,
pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bantuk
yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar.
c. Ketiga,
pilihlah kata atau diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
kemampuan menguasai sejumlah besar kosakata dua persoalan pokok, yakni pertama,
ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang
akan diamanatkan, dan kedua, kesesuaian atau kecocokan mempergunakan kata-kata
tadi.
C. Membedakan Teks Tanggapan Kritis dengan Teks
Tanggapan Deskriptif
Teks tanggapan kritis dan teks tanggapan deskriptif memiliki kesamaan dalam
isinya yaitu berupa tanggapan. Namun, ada beberapa hal yang membedakan, yaitu :
1. Teks
tanggapan kritis berisi tanggapan terhadap sastra, karya seni, atau
pertunjukan, sedangkan teks tanggapan deskriptif berisi tanggapan terkait
penggambaran suatu objek, tempat, atau peristiwa tertentu.
2. Struktur
teks tanggapan kritis meliputi resume, deskripsi kelebihan/kekurangan, dan
judgement (penilaian), sementara teks tanggapan deskripsi dibangun oleh
struktur identifikasi, klasifikasi, dan deskripsi bagian.
D. Menyusun Teks Tanggapan Kritis
Teks tanggapan kritis dapat disusun dengan langkah
berikut :
1. Menentukan
tema
Menentukan tema merupakan prosedur pertama dalam membuat teks tanggapan
kritis. Hal ini sejalan dengan pendat Mulyasa.
2. Menentukan
aspek-aspek yang akan dijelaskan melalui pengamatan
Pada langkah ini, kita dapat melakukan pengamatan dengan cara meninjau
kembali atau menyaksikan secara langsung penyajian karya seni atau pertunjukan,
sehingga diperoleh aspek-aspek yang akan dijelaskan dalam teks tanggapan kritis
sesuai tujuan yang akan dicapai.
3. Membuat
kerangka karangan
Susunlah aspek-aspek yang akan dijelaskan tersebut ke dalam urutan yang
baik. Penyusunan tersebut dapat berupa poin-poin penting yang akan dijelaskan.
4. Mengembangka
kerangka karangan menjadi teks utuh
Langkah selanjutknya adalah mengembangkan tulisan dari kerangka tulisan
yang telah dikerjakan menjadi teks tanggapan kritis yang utuh. Mengembangkaan
ide tulisan sangat penting, karena dari langkah ini anda dilatih mengembangkan
pengetahuan dari sesuatu yang dilihat, dirasa, didengar, maupun diraba. Adapun penyusunan teks tanggapan kritis
tentang karya sastra dapat dilakukan dengan langkah berikut :
1. Bacalah
terlebih dahulu karya sastra yang akan dikritik atau ditanggapi secara
menyeluruh.
2. Buatlah
sinopsis atau ringkasan cerita.
3. Pahami
dan analisislah struktur karya sastra tersebut.
4. Kemukakan
pendapat/gagasan pribadi anda terhadap isi dan bentuk karya sastra dengan
alasan yang logis
5. Rumuskanlah
evaluasi akhir terhadap karya sastra yang anda kritik dengan beberapa paparan
atau harapan.
6. Cek
kembali teks yang anda buat sesuai struktur teks tanggapan kritis yang benar.
E. Menelaah dan Merevisi Teks Tanggapan Kritis
Berdasarkan Kaidah Kebahasaan
Teks tanggapan kritis yang telah di identifikasi strukturnya, perlu di
telaah kaidah kebahasaanya, baik penggunaan kalimat simpleks, kompleks,
konjungsi, rujukan kata, maupun pilihan katanya. Tata tulis dan penggunaan
kalimat efektif juga harus diperhatikan.
Menyunting teks berarti menyiapkan naskah agar siap terbit dengan
memerhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa. Penyajian naskah ini
meliputi ejaan, diksi, dan struktur kalimat. Pedoman yang digunakan dalam
menulis ialah ejaan yang disempurnakan atau EYD.
F. Meringkas Teks Tanggapan Kritis
Untuk membuat ringkasan teks tanggapan kritis, kita dapat melakukan
lankah-langkah berikut ini :
1. Membaca
teks tanggapan kritis dengan saksama.
2. Mengidentifikasi
inti sari teks tanggapan kritis yang sudah dibaca.
3. Menyusun
teks tanggapan kritis dalam bentuk ringkasan.
Saat meringkas teks tanggapan
kritis, kita perlu mengungkapkan hal-hal pokok dari teks tersebut dengan
memperhatikan keruntutan isi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar